/
0 Comments

 

Cinta dan hubungan romansa merupakan hal yang dapat membuat segenap jiwa dan pikiran seseorang akan terasa penuh. Sebagai makhluk yang memiliki kebutuhan dasar ingin dicintai, disayangi dan dikasihi, manusia seringkali menaruh harapan besar terhadap hubungan asmara atau perasaan cinta yang ia miliki. Salah satu hal yang menjadi pengharapan besar setiap hubungan asmara adalah kesetiaan satu sama lain sebagai pasangan. Ia yang menjalani hubungan asmara dengan seseorang, biasanya mengharapkan kesetiaan dari pasangan dengan menjadikannnya satu-satunya kekasih. Hal yang mendasari keinginan tersebut tak luput dari kebahagiaan dan kedamaian yang menjadi tujuan akhir setiap hubungan bagi sebagian besar orang. Menurut hemat saya pribadi, orang-orang yang mengagungkan kesetiaan beranggapan bahwa kesetiaan merupakan bentuk tanggung jawab diri sebagai seorang kekasih dan cerminan dari rasa cinta. Sebaliknya, ketidaksetiaan atau pengkhianatan merupakan bentuk kejahatan dalam hubungan asmara yang merusak esensi dari cinta itu sendiri.

Lalu, apa yang menjadi batasan seseorang dikatakan tidak setia, berselingkuh atau berkhianat?

Batas perselingkuhan yang dilakukan salah satu pihak bergantung pada toleransi dari masing-masing orang. Setiap orang memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap sikap pasangan kepada lawan jenisnya. Pada intinya, sikap yang dapat memicu tumbuhnya perasaan atau hubungan baru bisa menjadi kunci batas pengkhianatan. Memberikan perhatian dan waktu kepada orang lain selain pasangan bisa dianggap selingkuh. Membuat orang lain merasa dia punya kesempatan untuk memiliki juga bisa dianggap selingkuh. Seseorang juga bisa menganggap pasangan yang melakukan flirting dan komunikasi intens bersama orang lain sebagai bentuk perselingkuhan, tapi ada pula yang masih bisa mentoleransinya dengan batas-batas tertentu. Batas perselingkuhan tidak bisa disamaratakan. Bahkan perselingkuhan bisa saja terjadi meski tidak ada status dalam sebuah hubungan. Semua bergantung pada toleransi dan kesepakatan kedua belah pihak. Namun, meski tak ada kesepakatan yang secara langsung dibicarakan, seharusnya masing-masing orang bisa mengukur bentuk sikap seperti apa yang berpotensi menyakiti hati pasangannya jika ia bertindak demikian. Ia yang mengerti cara menghargai pasangan dan perasaan yang dibangun akan secara otomatis bisa bijak dalam bersikap. Adapun perselingkuhan seharusnya bukanlah pilihan yang tepat meski atas dasar apapun alasannya.

Terdapat beberapa hal yang seringkali dijadikan alasan seseorang berselingkuh. Di antaranya karena timbulnya rasa bosan terhadap hubungan, hilangnya rasa cinta kepada pasangan, tumbuhnya ketertarikan kepada orang lain atau sekadar ingin merasakan sesuatu yang berbeda selain dari hubungannya saat itu. Alasan-alasan tersebut sebenarnya wajar terjadi pada seseorang, tapi yang menjadi tidak wajar adalah respon seseorang yang menyikapi hal tersebut dengan berselingkuh. Meski tidak bisa lagi mengatasnamakan cinta, seseorang seharusnya menghindari respon berupa perselingkuhan setidaknya atas dasar tanggung jawab sebagai manusia yang memilih menjalin hubungan. Ia yang mampu bersikap bijak dan mengerti cara menghargai orang lain akan bisa memilih respon yang lebih mulia dari perselingkuhan, entah itu dengan mencari solusi atas permasalahan tersebut bersama pasangan atau mengakhiri hubungan dengan pasangannya terlebih dahulu.

Hubungan adalah tentang kerja sama dua orang. Menenggelamkan ego masing-masing untuk kebaikan bersama adalah kunci keberhasilan sebuah hubungan. Bukankah hubungan asmara yang baik adalah hubungan yang tetap dijaga esensinya meski pada akhirnya tidak bisa bersama?

You may also like

  Cinta dan hubungan romansa merupakan hal yang dapat membuat segenap jiwa dan pikiran seseorang akan terasa penuh. Sebagai makhluk yang mem...

Tidak ada komentar: