/
0 Comments

Aku akui diriku terlalu lemah dan keras kepala.

Di tengah realita yang tak kunjung berpihak,

Aku masih nekat merindu dan memikirkanmu.

Di saat kamu sudah merasakan banyak kebahagian dengan yang lainnya,

Aku masih terjebak dengan keterpurukanku sendiri.

Kadang aku berpikir bahwa kesetiaan dan ketulusan cintaku yang tak kunjung habis ini tak pantas ditujukan kepada kamu yang sudah menjalin cinta dengan yang lainnya.

Tapi nyatanya, pikiranku memang hanya diam di tempat.

Ia tak pernah mampu mengalahkan suara hati yang berteriak-teriak memujamu tanpa henti.

Hubungan kita yang dulu ku anggap begitu sempurna selalu terngiang dalam pikiran

Karena sungguh, aku tak hanya menyayangimu. Aku juga memuja hubungan kita yang dulu ku kira akan mampu melahirkan hal-hal hebat untuk dunia.

Tapi ternyata semua itu hanya bisa aku genggam dalam angan

Realita mematahkan ekspektasiku terhadap berbagai macam hal yang dulu ku anggap sempurna

Baik itu kamu maupun hubungan kita dulu.

Setelah restu melenyapkan hubungan kita,

Aku masih dibuat kelimpungan melihatmu menyusun kebahagiaan lain bersama orang lain di belakangku.

Aku kira hubungan kita akan berakhir dengan cara yang mulia

Ternyata masih juga diliputi bercak-bercak yang menodai kisah cinta kita.

Meski yang ku dengar dari dirimu selalu berupa sangkalan bahwa yang kamu lakukan tidak kamu sadari akan melukaiku,

Tapi aku yakin kamu tak akan kuasa jika hal-hal yang kamu lakukan bersamanya dilakukan di depanku.

Jadi, harus frustasi berapa kali lagi aku memikirkan ini semua?

Apa tidak bisa takdir terjadi sesuai keinginanku?

Kamu meninggalkan wanita itu, lalu kembali padaku memperjuangkan hubungan kita.

Egois memang

Tapi keegoisanku hanya berakhir pada tulisan ini dan pikiranku sendiri

Karena nyatanya aku tak akan pernah mampu merubah semuanya seorang diri

You may also like

Aku akui diriku terlalu lemah dan keras kepala. Di tengah realita yang tak kunjung berpihak, Aku masih nekat merindu dan memikirkanmu. ...

Tidak ada komentar: